Selasa, 01 April 2014

Tim Sukses Caleg yang Memukau

Seorang lelaki mengenakan kemeja putih dan celana jeans telah membetot perhatian warga Kampung Tanpaguna, Desa Tanpadaya, Kecamatan Tanpawibawa. Senyum lelaki itu seolah memberikan aura positif bagi warga sekitarnya.

“Asal bapak dan ibu tahu, si Bung inilah yang telah membantu kita dalam pengasapan sebulan lalu. Alhamdulillah, setelah pengasapan itu tak ada lagi warga kita kena demam berdarah…,” kata Santo, ketua RT setempat. Lelaki yang diperkenalkan sebagai Bung Kalem itu mengangguk sambil tetap tersenyum kepada semua orang.

Saat ketua RT mempersilahkan Bung Kalem memberikan sambutan, lelaki tersebut kemudian menghampiri Santo. Tak lama kemudian ketua RT menyampaikan maaf kepada warga sekitar bahwa Bung Kalem tak siap memberikan sambutan. Ia bilang sudah senang melihat warga di Kampung Tanpaguna tersebut terbebas wabah demam berdarah.

Dalam 10 tahun terakhir, penyakit DBD tak pernah benar-benar hilang dari peredaran. Penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegipty itu akan muncul dan muncul lagi. Terutama dimulai pada musim transisi dari musim panas ke musim hujan hingga musim transisi lagi.

Ironisnnya jumlah korban DBD makin tahun cenderung meningkat seolah nyamuk aedes aegipty lebih pintar daripada manusia, para dokter, dan ahli kesehatan. “Habis bagaimana penyakit tersebut tidak hilang jika mereka pejabat kita sibuk dengan urusan proyek daripada menghadapi penyakit DBD,”ujar Santo.

Sebagai ketua RT, Santo mengaku pernah habis kesabarannya terkait urusan penyakit tersebut. Beberapa waktu lalu beberapa warganya terserang penyakit DBD, seorang anak diantaranya meninggal dunia. Warga panik. Ia melapor ke tingkat kelurahan, kecamatan, hingga pemerintahan kota agar dilakukan pengasapan. Tapi responnya tak seperti yang diharapkan.

“Mereka minta saya bikin proposalah, menunggu dana cairlah, menunggu dibikinin Sk-lah. Mereka sama sekali tidak tanggap!,” ujar Santo.

Saking putus asanya, Santo pernah bilang akan memilih bahkan memobilisasi warganya kepada caleg yang mau mengadakan pengasapan di lingkungannya. Ternyata tak ada satu pun caleg yang muncul. Para caleg di sekitar lingkungan mereka memilih mengeluarkan dananya untuk bikin spanduk, kaos, atau dibagi- bagikan kepada warga yang diduga akan memilihnya.

Lalu Bung Kalem muncul. Semula Santo mengira ia seorang caleg. Bahkan untuk membuktikan bahwa lelaki di hadapannya caleg atau bukan, diam-diam ia mendatangi KPU setempat. Ternyata ia memang bukan caleg.

Di mata Santo, dan mungkin juga warga lainnya, Caleg adalah pembual, munafik. Mereka kerap mengumbar janji manis, namun setelah terpilih menjadi anggota legislatif, anggota DPR/DPRD lupa pada rakyat yang memilihnya. Banyak diantara mereka menjadi korup, bahkan main perempuan.

“Kalau Bung bukan seorang caleg, buat apa bapak repot-repot menolong kami,” tanya seorang warga dalam kesempatan berbincang dengan Bung Kalem.

Lelaki itu tersenyum. “Kira-kira saya pantes nggak menjadi seorang caleg,” tanya Bung Kalem. Beberapa warga yang mendengarnya langsung berkata serentak: panteeesss!.

“Tapi maukah kalian memilih saya meski tak memberikan kalian uang,” tanyanya lagi. Jawaban serupa dan serentak masih terdengar.

“Oke. Kalau kalian percaya saya. Tapi saya bukan seorang caleg,” kata Bung Kalem.

Sebulan kemudian, Santo memberikan kabar kepada warga bahwa Bung Kalem akan datang lagi ke lingkungan mereka untuk membagikan sembako murah. “Apa maksudnya ia memberi kita sembako murah?” Seorang warga berkata, masih curiga. Namun ia tak berhasil mendapatkan jawabannya.

Masih mengenakan kemeja putih dan jeans biru, kahadiran Bung Kalem benar-benar menghangatkan suasana. Diantara kerumunan warga yang antre sembako, kehadirannya begitu bersinar. Ia seakan memberikan cahaya terang dan sejuta harap kepada warga di sekitarnya.

“Saya katakan sekali lagi, saya memang bukan caleg. Tapi jika bapak dan ibu masih percaya saya, saya sarankan untuk memilih gambar dalam amplop yang ada di dalam paket sembako tersebut. Beliau orang baik, caleg DPR RI,” kata Bung Kalem.

Semua warga yang sudah menenteng paket sembako bergegas mencari amplop untuk melihat wajah caleg yang disebut Bung Kalem. Ternyata wajahnya berbeda dengan Bung Kalem. “Beliau adalah bos saya. Beliaulah yang menyediakan dana untuk pengadaan paket sembako ini, termasuk dana pengasapan beberapa waktu lalu,” katanya lagi seolah tahu apa yang dipikirkan warga.

“Jangan khawatir, beberapa hari lagi beliau akan ke sini. Beliau akan memberikan kabar gembira. Beliau juga tak akan melupakan jasa-jasa kalian,” kata Bung Kalem. Kali ini nadanya seolah-olah dia seorang juru kampanye.

Warga yang bingung akhirnya menghadap Ketua RT Santo setelah Bung Kalem pulang. Mereka merasa kena fait accompli, disuruh memilh caleg yang belum dikenal namun telah memberi paket sembako tersebut?

Santo pun minta maaf karena kurang teliti menanyakan kehadiran Bung Kalem. Waktu itu ia hanya bertanya apakah Bung Kalem seorang caleg atau bukan, ternyata memang bukan.

“Nyatanya ia seorang tim sukses caleg. Huh, sama saja!,” ucapnya seperti menyalahkan diri sendiri.

Meski begitu warga tetap deg-degan menanti kehadiran caleg yang dijanjikan Bung Kalem. Mereka percaya dengan perkataan lelaki berkemeja putih dan celana blue jeans tersebut, namun mereka sulit lepas dari anggapan bahwa semua caleg sama saja, pembual…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar