Rabu, 02 April 2014

Pelajaran dari Seorang Motivator

Linda, sebut saja begitu namanya, tampil meyakinkan saat menjadi motivator pada sebuah perusahaan pers di Jakarta. Ia memberi berbagai wejangan tentang bagaimana caranya menjadi karyawan profesional sekaligus sukses.

Tepat waktu, katanya, menjadi salah satu kata kunci yang harus dipegang teguh. “Ya kalau kantornya dekat pasar harus siap berangkat kerja lebih awal. Jangan malah itu jadi alasan,” ucap Linda dengan mimik serius.

Apa yang dikatakan Linda tentu masuk akal, namun tidak istimewa karena begitulah seharusnya.  Petuah seperti itu bahkan akan masuk dan keluar telinga begitu saja, kalau saja tak ada peristiwa yang cukup relevan minggu berikutnya.

Setelah pertemuan itu, diputuskan untuk mengadakan pertemuan lanjutan guna menemukan work habits yang dibutuhkan dalam kantor tersebut.

Tidak seperti pertemuan pertama dimana Linda dan timnya datang lebih awal sebelum para karyawan yang hendak diberi motivasi itu bermunculan. Pada pertemuan kedua terjadi sebaliknya, justru yang terlambat. Bahkan ia baru muncul lebih dari setengah jam dari jadwal yang ditentukan.

Begitu muncul ia tampak tergopoh-gopoh. Sungguh tidak enak rasanya datang terlambat dalam posisi sebagai motivator. Ia pun langsung meminta beribu maaf.  “Sudah tahu kantornya dekat pasar,” begitu sebuah celetukan muncul.

Linda berusaha untuk tidak malu dengan celetukan itu seraya menyebut bahwa ia harus meninggalkan mobilnya untuk naik ojek agar bisa menembus kemacetan yang katanya di luar prediksi. Namun celetukan berikutnya muncul. “Itu mah (ngojek ke kantor) makanan kita sehari-hari!”

Pelajaran penting yang bisa dipetik tampaknya bukan pada banyaknya motivasi yang telah disampaikan Linda dan timnya. Tetapi justru dari apa yang baru saja ia lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar