Senin, 31 Maret 2014

Alasan Tak Punya Akun Facebook

Namanya Wisnu Maruto. Namun orang-orang mengenalnya sebagai Melvis, singkatan dari Mas Elvis. Panggilan itu muncul karena Wisnu sangat tergila-gila pada Elvis Presley, penyanyi idola zaman bahuela.

Melvis merupakan mahasiswa kawakan saat bergabung di sebuah universitas negeri di Surabaya. Beda usianya hingga lima tahun di atas mahasiswa lainnya. Sebelumnya ia pernah kuliah di Yogjakarta. Sedang di Surabaya Melvis menempuh kuliah di dua tempat sekaligus.

Karena kawakan, ia tampak sangat percaya diri. Melvis menjadi salah satu mahasiswa paling bersinar diantara mahasiswa baru yang umumya berasal dari luar Kota Surabaya.

Dalam perjalanan waktu, kawan-kawan pun mulai mengenal karakter Melvis sesungguhnya. Percaya diri yang cenderung berlebihan mungkin sudah menjadi pembawaannya. Tapi semua suka memang. Yang tak suka umumnya mencap dia sebagai sombong. Si omong besar.

Untungnya, selain pandai bergaul, Melvis menyukai humor. Ia seolah tak pernah kehabisan cerita lucu. Misalnya dalam sebuah acara reuni dengan rekan-rekannya setelah 25 tahun kemudian, Melvis yang kini bertubuh tambun menyebut dirinya seksi.

“Itu anak saya yang bilang. Katanya papih sekarang seksi. Apa itu seksi? Ternyata singkatan dari seket siji (51 tahun, umur Melvis sekarang ini).” Peserta reuni tertawa mendengarnya.

Ya penampilan Melvis memang tak banyak berubah. Yang berubah adalah tubuhnya yang sangat subur. Jika dulu 60 kg sudah dianggap kelebihan, kemarin ia mengaku beratnya 95 kg.

Dengan balutan jaket kulit warna coklat muda, kaos hitam, celana hitam dan kaca mata hitam, Melvis tampak seperti seorang bos yang berhasil menaklukan ibu kota. Aslinya dia memang pengacara cukup sukses.

Seorang kawan yang tadinya merasa paling gemuk, jadi merasa lebih kurus setelah kehadiran Melvis.

“Saya pernah mencoba menguruskan badan. Tapi dilarang oleh staf saya di kantor. Katanya, pengacara sukses kok badannya kurus. Ya sudah saya pertahankan tubuh seperti ini. Yang penting sehat, bukan?.” Melvis menoleh kawan-kawannya seolah persetujuan. Meski tanpa anggukan, Melvis sudah tahu semua kawannya pasti setuju.

Melvis pun lalu bercerita tentang tentang klien, tentang anak, tentang rumah, dan tentang mobil-mobil koleksi dengan nomor khususnya. Seorang kawan kemudian nyeletuk. “Sekarang dosennya sudah datang,” katanya.

Ini karena semua perhatian peserta reuni yang tak sampai 20 orang terpusat mendengarkan celotehan Melvis. Sebelum Melvis hadir, mereka bercerita sendiri-sendiri. Melvis berhasil menjadi sosok pemersatu.

Meski tergolong alumni paling sukses, hampir semua kawan merasa aneh karena Melvis tak mempunyai akun fesbuk hingga sekarang. Hare gene gitu loh nggak punya fesbuk. Acara reuni-reuni yang bermunculan di berbagai tempat pun umumnya karena faktor fesbuk.

Pertanyaan itu kemudian terlontar dan Melvis lagi-lagi menjawabnya dengan humor.

Katanya, pernah ia dua kali dibuatkan akun fesbuk oleh anak dan kawan SMA-nya. Namun karena tak pernah digunakan, Melvis lupa password-nya. Tapi kenapa tak pernah digunakan? Melvis menyebut karena aktivitasnya sangat tinggi.

Surat menyurat via email sudah diurusi sekretarisnya. Tugas dia adalah melakukan lobi dan mendampingi klien. “Daripada ngurusi fesbuk saya memilih kursus bahasa Mandari karena klien saya di Jakarta kebanyakan berasal dari etnis China,” ujarnya.

Sebelum masuk ke Ibukota, Melvis mengawali karier kepengacaraannya di kota di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.

“Sebenarnya saya tak bisa berfesbukan karena saya tak terbiasa mengetik lagi, apalagi mengetik di handphone. Tangan saya tak bisa selincah kalian.” Melvis tertawa sambil memperagakan mengetik sesuatu di hanphonenya yang tampak menjadi lebih kecil, karena tertutup dua jempolnya yang besar dan gemuk.

“Oooh, jadi karena jempol ya?” Seorang kawan menyimpulkan, disambut anggukan dan tawa yang lainnya. Melvis ikut tertawa, ia tak menyesal dengan “kelebihan” sekaligus kekurangannya itu.

Minggu, 30 Maret 2014

Prediksi Pileg 2014: Partai Gerindra Bakal Masuk Tiga Besar



Spanduk Partai Politik di Perempatan Pondok Pinang-Pondok Indah
Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) tinggal 8 hari lagi. Hampir sebagian survey memprediksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pemenangnya. Lalu siapa saja urutan tiga besar.
Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo mengaku memiliki hasil survei internal bahwa partainya bisa meraih kemenangan dalam pemilihan umum legislatif pada 9 April mendatang. Bahkan ia optimis PDIP akan meraih suara 30 persen.  Optimisme tersebut dipengaruhi oleh dipercepatnya waktu deklarasi Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dari partai berlambang banteng  tersebut.
Survei Charta Politika juga menyebut PDIP sebagai pemenang, Partai Golkar menjadi saingan lama dan Partai Gerindra menjadi lawan terbarunya. Tepatnya PDI-P memimpin dengan 21,2 persen, diikuti Golkar dengan 16,4 persen, dan Gerindra dengan 12 persen.
Survei yang dilakukan awal Maret hanya sedikit berbeda dengan hasil  survei sejenis pada Desember 2013. Saat itu, PDI-P memperoleh 15,8 persen, Golkar dengan 12,6 persen, serta Gerindra 7,8 persen. Elektabilitas ketiga partai tersebut berkaitan dengan menguatnya gejala personalisasi, alias ketokohan figur tertentu yang terkait parpol itu.
Oleh Charta Politika, hal itu disebut sebagai demokrasi kultus. Partai politik cenderung hanya jadi fans club. Charta Politika menemukan 57,8 persen pemilih PDI-P mengaku memilih PDI-P karena tertarik dengan figur Joko Widodo. Sebelumnya pada survei Desember 2013 hanya 38,1 persen memilih PDI-P karena faktor Jokowi.
Sementara 47,9 persen pemilih Gerindra mengaku memilih, karena tertarik figur Prabowo. Terjadi penurunan, karena pada survei Desember 2013, sebanyak 55,4 persen memilih Gerindra karena faktor Prabowo Subianto. Hal senada terjadi di parpol di bawah ketiganya. Pemilih Partai Demokrat mengaku memilih partai itu karena tertarik figur SBY (38,2 persen). Atau di Hanura, karena tertarik figur Wiranto (40 persen).  
Pusat Kajian Demokrasi Indonesia Nurjaman Center For Indonesian Democracy (NCID) bahkan memprediksi PDIP akan memperoleh 124 kursi. Bedanya Partai Gerindra berada di urutan kedua dengan 105 kursi dan Partai Golkar dengan 93 kursi. NCID juga  memprediksi, PBB, Nasdem dan PKPI tidak dapat mencapai ambang batas parlemen nasional.
Dengan komposisi itu, NCID memprediksi akan terjadi koalisi. Yakni koalisi antara PDIP dengan PKB, (144 kursi atau 25% penguasaan kursi) dan koalisi Gerindra dengan PPP (136 kursi atau 24% penguasaan kursi) serta koalisi antara Demokrat,PKS,PAN dan Hanura (187 kursi atau 33 penguasaan kursi). Sementara Partai Golkar akan memegang peranan krusial, karena berada dalam posisi poros tengah.
Media Survei Nasional (Median) sebelumnya memprediksi ada enam parpol berpeluang memperebutkan posisi tiga besar pemenang Pemilu 2014 yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Menurut catatan hasil Pileg 2004 dan 2009, PDIP dan Partai Golkar memang tak pernah tersingkir dari tiga besar. Sedang satu partai selalu bergantian. Jika tahun 2004 PKB menyodok dengan tiga besar karena faktor (Alm) Gus Dur , lima tahun berikutnya Partai Demokrat menyodok, bahkan menjadi pemenang.
Tampaknya wajar jika kemudian Partai Gerindra diprediksi yang akan masih ke tiga besar, entah di urutan kedua atau ketiga, yang jelas bukan urutan pertama. Adakah Anda memiliki prediksi berbeda?


PREDIKSI PARTAI PEMENANG PEMILU
PDI-P  21,2 persen
Partai Golkar 16,4 persen
Partai Gerindra 12 persen
Partai Demokrat 8 persen
PKB 7,2 persen
PPP 5,1 persen
Hanura 4,8 persen
PAN 4,5 persen
PKS 3,2 persen
Nasdem 2,6 persen
PBB 0,4 persen
PKPI 0,1 persen
Survei Charta Politica Maret 2014

PREDIKSI PARTAI PEMENANG PEMILU 2014
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, 21,4 persen
Partai Golongan Karya (Golkar), 17,8 persen
Partai Gerindra 6,2 persen
PKS 5,1 persen
PKB 5,0 persen
PPP 4,9 persen
Partai Demokrat 4,7 persen
Hanura 4,8 persen
Survei: Media Survei Nasional (Median) 28 Januari - 15 Februari 2014

PREDIKSI RAIHAN KURSI DI DPR 2009
PDIP 124 kursi
Gerindra 105 kursi
Golkar 93 kursi
Demokrat 71 kursi, PAN 58 kursi,
PKS 35 kursi
PPP 31 kursi
Hanura 23 kursi
PKB 20 kursi
PBB, Nasdem dan PKPI – gak dapat kursi
Hasil Survei NCID 8 – 23 Maret

HASIL PILEG 2009    
Demokrat     20,85%     148     150
Golkar             14,45%     108     107
PDIP                 14,03%     93     95
PKS                  7,88%     59     57
PAN                  6,01%     42     43
PPP                  5,32%     39     37
PKB                 4,94%     26     27
Gerindra       4,46%     30     26
Hanura              3,77%     15     18
Jumlah             100%     560     560
Sumber : Pengumuman Hasil Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilu KPU

HASIL PILEG 2004                             
NAMA PARTAI POLITIK         JUMLAH SUARA      %        KURSI  
1     Partai Golongan Karya                    24.480.757               21,58           128
2     PDIP                                                       21.026.629                 18,53           109
3     Partai Kebangkitan Bangsa             11.989.564              10,57              52
4     Partai Persatuan Pembangunan     9.248.764                8,15              58
5     Partai Demokrat                                   8.455.225                7,45               57
6     Partai Keadilan Sejahtera                  8.325.020               7,34               45
7     Partai Amanat Nasional                      7.303.324               6,44                52
8     Partai Bulan Bintang                             2.970.487              2,62                 11
9     Partai Bintang Reformasi                   2.764.998               2,44                 13
10     Partai Damai Sejahtera                     2.414.254               2,13                    12
11     Partai Karya Peduli Bangsa            2.399.290                  2,11                   2
12     PKPU                                                          1.424.240              1,26                    1
13     PPDKB                                                        1.313.654                1,16                   5
14     PNBK                                                           1.230.455                 1,08                1
15     Partai Patriot Pancasila                       1.073.139                0,95                 0
16     PNIM                                                           923,159                   0,81                   1
17     PPNUI                                                           895.610                   0,79                    0
18     Partai Pelopor                                            878.932                    0,77                     2
19     PPDI                                                                  855.811               0,75                       1
20     Partai Merdeka                                          842.541                 0,74                      0
21     Partai Sarikat Indonesia                         679.296                  0,60               0
22     Partai Perhimpunan Indonesia Baru     672.952                 0,59                0
23     Partai Persatuan Daerah                         657.916                   0,58              0
24     Partai Buruh Sosial Demokrat              636.056              0,56                      0
Total                                                                  113.462.414            100             550
Sumber : Pengumuman Hasil Rekapitulasi Perhitungan Suara Pemilu KPU


Kisah Tiga Caleg dan Calon Pemilihnya

Gerin, lelaki yang jarang bergaul, jarang tersenyum, dan pelit itu pada hari-hari ini berubah total. Ia jadi begitu ramah bahkan terkesan sok akrab. Selain itu Gerin juga jadi royal memberi uang kepada warga sekitarnya.

“Ya wajarlah, dia kan seorang caleg,” kata Adit, seorang penjual nasi goreng yang mengaku sudah mendapat sebuah kaos, kaset, dan uang dari Gerin. “Kemarin, gua juga dapet uang Rp 30.000 dari Pak Hanur. Dia kan nyaleg juga,” tambah Adit.

“Kalau dari Bu Peni kamu udah dapet belum. Dia kan pengen dipilih juga. Bini gua sih dapet Rp 50.000 dari dia, katanya pas hari pencoblosan akan dikasih lagi…,” kata Kido, seorang tukang ojek yang sedang menunggu pesanan nasi goreng dari Adit.

“Bu Peni yang tinggal di sektor V ya,” kata Adit seraya mengecilkan kompor gas di gerobak nasi gorengnya. Tangannya lalu mengambil sebuah handphone dari saku celana untuk menelepon seseorang. Beberapa menit kemudian, ia berkata lagi pada Kido.

“Ternyata bini gua udah terima uang juga darinya. Cuma ia nggak sempet bilang ke gua karena uangnya keburu buat bayar utang. Ya nggak apa-apalah, nanti kan dapet lagi kan?,” ucap Adit sambil meneruskan pekerjaan mengoreng nasi pesanan Kido.

Musim caleg tahun ini benar-benar sangat menguntungkan wong cilik seperti Adit dan Kido. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menetapkan mekanisme suara terbanyak dalam penetapan caleg membuat suara rakyat makin berharga. Para caleg berlomba-lomba membeli suara rakyat itu.

Selain menebar uang, mereka juga mengumbar janji bahwa jika saatnya mereka terpilih, maka rakyat yang menyontreng namanya akan diperhatikan. Diperhatikan seperti apa? Tak perlulah dijelaskan. Wong cilik seperti Adit dan Kido sudah tahu. Makanya daripada menunggu janji gombal mereka sampai terpilih, lebih baik mloroti keuangan mereka semasa masih caleg.

“Kecuali kalau ada diantara caleg berani ngasih uang hingga Rp 500.000 untuk satu suara. Gua tak akan berpaling ke lain hati,” kata Kido.

Dengan bersemangat Adit pun menjawabnya. “Mereka tak bisa lagi ngebohongin kita. Sekali-kali kita ya ngebohongin mereka,” ucap Adit sambil tertawa terbahak- bahak.

Adit dan Kido sesungguhnya tak berniat menipu. Mereka hanya baru sadar bahwa yang mereka hadapi adalah calon-calon penipu. Makanya daripada ditipu duluan, lebih baik mereka memanfaatkan keadaan.

Suatu hari rombongan polisi datang ke rumah Gerin dan menggelandang lelaki tersebut. Kabar yang beredar sang caleg ditangkap karena menggelapkan sejumlah mobil dari perusahaannya. Uang dari penipuan tersebut sebagian sudah disebar ke masyarakat dalam rangka posisinya sebagai caleg.

Sejumlah polisi juga mendatangi rumah Hanur. Cuma mereka tak bertemu dengan orangnya. Kabar beredar lelaki tersebut terlibat dalam pembobolan brankas sejumlah ATM. Polisi sudah menangkap tiga tersangka, dan ketiganya mengutip keterlibatan Hanur.

Bagaimana dengan Peni? “Itulah kalau memilih caleg lelaki. Mereka itu cenderung jahat, korupsi. Coba perhatikan, adakah anggota DPRD wanita ditangkap karena perbuatan seperti itu,” kata Peni seperti mendapatkan momentum.

Peluang wanita itu untuk terpilih sebagai anggota legislatif pun seolah-olah kian terbuka dengan gugurnya Gerin dan Hanur dari daerah pemilihan serupa. Namun Adit dan Kido tetap saja meragukannya. Mereka ragu dengan track record wanita itu. “Dia juga mau beramal pas jadi caleg saja. Dulu-dulunya ngapain,” ucap Adit.

Sepekan sebelum pencoblosan, anak Ny Peni masuk rumah sakit karena mengkonsumsi narkoba. Saat itu ia masih berapi-api menyalahkan pemerintah yang tak serius memberantas jaringan narkoba. Ia seakan-akan tahu betul bagaimana jaringan pengedar narkoba merusak masa depan bangsa. Dan bagaimana pula aparat menghadapinya.

Pidato ibu dua anak itu redup dengan sendirinya begitu polisi memaksa masuk ke rumah dan mengelandang suaminya. Suami Ny Peni ditangkap dengan tuduhan mencengangkan, yakni sebagai bandar narkoba. Jadi masih adakah caleg dipercaya?

“Lho kita kan butuh uangnya, bukan orangnya. Jangan lebaylah,” kata Adit mengingatkan.

Kido tiba-tiba tertawa mendengarnya. “Lebay? ya..ya..ya,” ucapnya sok tahu.

Hahaha….

Bukan Yang Pertama

Ini pasti bukan blog yang pertama saya. Meski demikian saya mencoba membuat lagi demi kenyamanan. Kenyamanan dalam hal tak membuang waktu karena saya berharap bisa membuka email, google+ sekaligus ngeblog. Selain itu saya juga bisa ngeblog bareng anak yang juga memiliki akun di Blogspot. Mudah-mudahan harapan saya terwujud. Terimakasih buat teman yang sudah mampir.
Ini adalah gambar Kotaku Saat ini, Depok